jatinangorku.com - Penelitian terbaru mengungkap bukti kuat bahwa rutinitas olahraga terstruktur secara signifikan dapat mengurangi risiko kematian pada pasien kanker hingga sepertiga, sekaligus menekan kemungkinan kekambuhan tumor atau munculnya kanker baru. Temuan ini menjadi terobosan penting yang berpotensi mengubah praktik medis di seluruh dunia.
Selama ini, gaya hidup sehat memang dianjurkan untuk mencegah kanker, namun bukti konkret mengenai manfaat olahraga setelah diagnosis kanker masih minim. Kini, sebuah uji klinis besar yang melibatkan pasien dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Prancis, Kanada, dan Israel memperlihatkan bahwa aktivitas fisik teratur pasca pengobatan mampu menurunkan risiko kematian dan kekambuhan secara signifikan.
Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Society of Clinical Oncology (ASCO) di Chicago, konferensi kanker terbesar di dunia, dan dipublikasikan di jurnal medis bergengsi New England Journal of Medicine. Menurut Dr. Julie Gralow, kepala petugas medis ASCO, bukti ini memiliki kualitas tertinggi dan akan memicu perubahan besar dalam pemahaman dunia medis tentang pentingnya olahraga bagi pasien kanker.
Dalam studi tersebut, pasien yang mengikuti program olahraga terstruktur dengan pendampingan pelatih pribadi setelah pengobatan menunjukkan penurunan risiko kematian sebesar 37% dan risiko munculnya kanker baru sebesar 28% dibandingkan pasien yang hanya menerima panduan gaya hidup sehat. Dr. Gralow menegaskan bahwa manfaat olahraga ini bahkan lebih efektif daripada banyak obat kanker yang biasa diresepkan, tanpa efek samping berbahaya.
Baca Juga: Pentingnya Memenuhi Kebutuhan Vitamin C Harian untuk Kesehatan Optimal dari Makanan Sehari-hari
“Manfaat olahraga setara atau bahkan lebih baik daripada obat-obatan kanker yang disetujui, dengan penurunan risiko kekambuhan dan kematian yang signifikan. Selain itu, olahraga tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan,” ujar Dr. Gralow. Ia menambahkan bahwa selama tiga dekade terakhir, pandangan medis mengenai olahraga saat kemoterapi telah berubah drastis, dari yang awalnya menghindari aktivitas berat menjadi mendorong olahraga sebagai bagian dari pemulihan.
Uji klinis ini melibatkan 889 pasien kanker usus besar stadium dua risiko tinggi dan stadium tiga yang direkrut sejak 2009 hingga 2023. Pasien dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menjalani program olahraga terstruktur dengan bimbingan pelatih pribadi, sementara kelompok lain hanya menerima buku panduan gaya hidup sehat. Program olahraga berlangsung selama tiga tahun dengan sesi pelatihan rutin yang bertujuan mencapai target aktivitas fisik setara tiga hingga empat kali jalan kaki selama 45-60 menit per minggu.
Setelah lima tahun, kelompok yang rutin berolahraga menunjukkan penurunan risiko kekambuhan atau munculnya kanker baru sebesar 28%. Setelah delapan tahun, risiko kematian mereka juga turun hingga 37% dibandingkan kelompok kontrol. Dr. Christopher Booth, penulis utama studi dari Queen’s University, Kanada, menyatakan bahwa hasil ini memberikan jawaban jelas bagi pasien yang bertanya apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
“Program olahraga dengan pelatih pribadi tidak hanya menurunkan risiko kekambuhan, tetapi juga membantu pasien merasa lebih baik dan memperpanjang harapan hidup mereka,” kata Dr. Booth.